Jangan Diskriminasi Mereka


Peristiwa sedih ini terjadi sekitar dua tahun lalu. Setelah nyaris sepekan dirawat inap di sebuah rumah sakit, berita meninggalnya seorang teman akhirnya saya terima melalui pesan WhatsApp.
Teman tersebut meninggal dikabarkan karena mengidap HIV/AIDS, akibat ketergantungannya pada salah satu jenis narkotika bertahun-tahun. Namun saya tidak ingin berdebat mengenai penyebab, dan penanganan terhadap teman tersebut dan (seluruh orang) pengidap HIV/AIDS (ODHA) dalam aspek medis. 
Lebih dari sekadar penyakit, ODHA merupakan masalah global dan fenomena sosial. Lihatlah fakta miris, interaksi sosial ODHA dalam masyarakat menjadi tidak seimbang dengan terjadinya stigmatisasi, dan diskriminasi, bahkan tindakan isolasi penderita di berbagai tingkatan sosial, mulai tingkatan keluarga, lingkungan, kelompok, pelayanan birokrasi, sampai dengan tingkat lapangan pekerjaan. 
Bahkan tindakan diskriminatif justru terjadi juga di fasilitas pelayanan kesehatan, baik puskesmas maupun rumah sakit. Instansi kesehatan tersebut terkesan “takut” memberikan pelayanan kesehatan. Permasalahan juga terjadi di lapangan pekerjaan, di mana ODHA terpaksa harus resign dari tempatnya bekerja, baik alasan pengunduran diri ataupun dipecat dari pekerjaannya, meskipun secara medis, masih dapat untuk tetap melanjutkan pekerjaan hingga waktu tertentu. 
Manusia di sekitar ODHA tak mau peduli dan tak paham, bahwa proses penularan ODHA tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial secara biasa. HIV hanya dapat ditularkan melalui kontak langsung spesimen menusia; darah, cairan, sperma, dll. 
Tidak heran tindakan diskriminatif menjadi “pilihan tunggal’ untuk menghukum para penderita ODHA. Sesungguhnya tindakan diksriminatif yang terjadi pada penderita, secara kumulatif akan berkembang menjadi perilaku yang lebih berbahaya dan merupakan ancaman yang sangat mengkhawatirkan. 
ODHA yang terdiskriminasi, secara psikis mengalami kekecewaan mendalam, sehingga dapat berkembang menjadi sikap dan perilaku yang berisiko. Ia mengalami putus harapan, tidak menghiraukan lagi penyembuhan, bahkan memutuskan balas dendam dengan cara menularkan virusnya kepada orang lain yang masih sehat. Ada ODHA yang merespon dengan sengaja ingin memperluas penularan HIV ke orang lain karena perasaan dendam yang diakumulasi sebagai konsekuensi dari tindakan diskriminatif masyarakat. 
Mungkin motif dendam ODHA merupakan faktor meningkatnya angka kasus HIV dalam masyarakat dari tahun ke tahun. Mereka ODHA sudah sangat menderita dengan penyakitnya, sebagai manusia yang masih diberi kesehatan, kita tak boleh lagi menambah beban kepada mereka. Karena kalaupun belum ditemukan penyembuhan secara medis, mereka butuh bantuan kita secara psikis, melalui uluran tangan, pertolongan, bantuan dan dukungan dari masyarakat. 
Sekecil apapun dukungan kita, mungkin sangat bermanfaat bagi mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja