Spanyol Campeona Del Mundo 2010




Dalam sejarah Piala Dunia, hanya ada delapan negara yang pernah menjadi pemenang. Spanyol bergabung melengkapi anggota eight club: Uruguay, Italia, Jerman, Brasil, Inggris, Argentina, dan Perancis. Kisah lengkap perjalanan kedelapan juara dunia tersebut dapat disimak di serial dokumenter Netflix berjudul Becoming Champions.

Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan pada 11 Juli 2010, tepat hari ini satu dekade silam.

****

Spanyol adalah bangsa sepak bola, di sana sepak bola hampir disamakan dengan festival.

Sepak bola Spanyol dapat dibagi menjadi dua babak besar. Kesatu, saat sepak bola Spanyol di bawah rezim Francisco Franco. Sepak bola dijadikan alat propaganda kediktatoran otoriter Franco yang berkuasa sejak 1936. Pada Piala Eropa edisia pertama 1960, Jenderal Franco melarang tim Spanyol bertanding melawan Uni Soviet di babak perempat final karena sentimen politik fasis. Spanyol kalah tanpa bertanding.

Empat tahun kemudian saat menjadi tuan rumah Piala Eropa 1964, Spanyol kembali berhadapan dengan Soviet di final, tak lagi melarang, Franco disebut-sebut menggunalan segala pengaruhnya, termasuk ia hadir langsung di Santiago Bernabeu-panggung utama karir politiknya, untuk membakar semangat skuat asuhan Jose Villalonga. Spanyol menang dan juara. Kemenangan politik Franco, tapi noktah hitam sepak bola dan Piala Eropa. 

Babak kedua tentu setelah Jenderal Franco wafat pada 1975. Spanyol tampil dengan wajah baru, selalu hadir di Piala Dunia namun selalu pula frustrasi dan menderita, termasuk saat menggelar Piala Dunia 1982 di negeri sendiri.

Mereka punya pemain-pemain sukses di klub Real Madrid, Barcelona, tapi terlihat tidak pernah cocok di tim nasional. Paling jauh langkah Spanyol adalah babak delapan besar, yang kemudian ada ungkapan tim yang menderita sindrom perempat final, telah tertanam di benak skuat. Mengapa mereka selalu tak bisa menang ?

Pundit dan Jurnalis Spanyol di serial Becoming Champions berjudul Spanyol, Metamorfosis, menjelaskan bahwa sepak bola Spanyol berutang banyak pada Belanda, pada Johan Cruyff yang merevolusi gaya dan pendekatan pemain Spanyol, terutama klub Barcelona pada periode kepelatihan 1988-1996. Ada warisan Cruyff yang nilainya melebihi trofi-trofi yang diraih Barcelona, yakni filosofis dan identitas.

Permainan agresif dan menyerang. Tak hanya menekankan soal kemenangan, tapi juga cara meraihnya. Cruyff tak ingin menang dengan cara biasa-biasa saja, melainkan ingin kemenangan dengan gaya bermain indah dan menghibur. Ia tak ingin menghianati penonton.

Paling kentara dari pendekatan Cruyff adalah tak lagi mengandalkan pemain dengan postur tinggi dan kuat, tapi anak-anak muda dengan kecerdikan, teknik, dan kemampuan untuk mengatur permainan. Pertama di Barcelona, kemudian tim lain mencoba mengikuti, maka La-Liga tak pernah lagi sama sejak Cruyff datang.

Titik balik prestasi Spanyol terjadi pada Piala Eropa 2008 Swiss-Austria. Managernya Luis Aragones mengubah mentalitas tim, ia bahkan mengganti julukan menjadi La Roja (Si Merah). Kepemimpinan opa Aragones menyesuaikan sangat kelihatan, ia tak mau lagi ada sekat-sekat antara pemain Real Madrid dan pemain Barcelona, yang diyakini sebagai hambatan egois yang merusak tim keseluruhan. Yang ada hanya La Roja, Spanyol.

Ditukangi Aragones, Spanyol bertanding dengan mentalitas baru dari generasi emas buah revolusi. Spanyol melangkah mulus di Piala Eropa 2008, dan di final menang melawan Jerman melalui gol tunggal yang sangat cantik dari sontekan Fernando Torres. Menang melawan Jerman selalu merupakan nilai plus. Prestasi Iker Cassilas cs di Wina mematahkan kutukan 44 tahun tanpa trofi mayor. Sejak itu mengubah mentalitas pemain timnas Spanyol dan para pendukungnya, meskipun Aragones memilih mundur. Ia telah membangun skuad yang tangguh dari filosofi dan identitas Spanyol yang telah tertanam.

Maka Vicente Del Bosque, manager legendaris Real Madrid, yang menggantikan Aragones, membawa skuad warisan Aragones ke Piala Dunia 2010, turnamen pertamanya. Secara psikologi mereka lebib kuat sejak kesuksesan 2008.

Del Bosque punya sifat dari sudut pandang teknik, olahraga, dan manusia. Visinya jelas dengan kepemimpinan yang sederhana, ia membuat keputusan yang bijaksana, tidak mengubah yang berfungsi baik, bahkan membuatnya lebih jelas, sehingga pemain bekerja sama lebih baik.

Maka sesuatu ajaib terjadi di Afrika Selatan. Dengan konsep tiki-taka dimotori Xavi Hernandez, Andreas Iniesta, dan Xabi Alonso, La Roja bisa memenangkan Piala Dunia untuk pertama kali. Spanyol sempat kalah oleh Swiss di pertandingan perdana, namun enam laga selanjutnya berhasil dimenangkan.

Empat pertandingan sejak babak 16 besar hingga final, Spanyol selalu menang dengan skor 1-0. Mereka mengatasi perlawanan Portugal, Paraguay, dan kemudian kembali menang melawan Jerman di semifinal. Gol Charles Puyol ke gawang Manuel Neur menjadi bagian sejarah.

Pertandingan final Piala Dunia melawan Belanda, yang juga berambisi menjadi juara dunia baru, digelar pada Minggu 11 Juli 2010 di Soccer Stadium Johannesburg Afrika Selatan. Hari ini tepat sepuluh tahun lalu.

Belanda yang telah ‘menanamkan’ permainan Spanyol, justru tampil kehilangan identitasnya di pertandingan final. Pasukan Orange itu tak bisa menandingi keterampilan teknis dan mental pemain Spanyol. Belanda menampilkan permainan keras, kasar, dan brutal. Delapan pemainnya mendapatkan kartu kuning, satu diantaranya kartu merah. Johan Cruyff tentu sangat kecewa, mengkritik habis-habisan cara Pelatih Bert van Marwijk, yang berani meninggalkan akar sepak bola Belanda. 

Seperti yang dikatakan Paco Gonzales, jurnalis Spanyol di episode Spanyol, Metamorfosis,  takdir harus memberi hadiah untuk orang seperti Iniesta, seorang yang sederhana, rendah hati, yang bermain dengan sangat baik. Seorang yang tidak berkelahi, yang tidak punya lengan bertato, yang tidak menghabiskan uang untuk Ferrari atau Maserati, seorang yang sangat normal. Ia mencetal gol emas pada menit ke-116, memastikan de Espana campeona del mundo.

Piala berlapis emas yang dimimpikan oleh masyarakat Spanyol berbagai generasi yang menunggu dan menunggu hingga mimpi terbesar jadi kenyataan. 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja