Ulasan Aruna dan Lidahnya



Rehat sejenak dari pandemi korona, isu politik resuffle kabinet. Lebih enak kita membahas topik tentang makanan.

Satu hal, selama membaca novel setebal 426 halaman ini, air liur di mulut terus mau menetes dan perut menjadi lapar.

Reportase Laksmi Pamunjtak seperti menunjukkan bukti kebinekaan Indonesia lewat masakan. Tidak ada negara yang memiliki kekayaan ragam kuliner sekaya kita punya. Aruna dan Lidahnya, adalah novel yang berkisah tentang makanan dan semua aspek kehidupan di baliknya.

Tiga tokoh utama dalam cerita; Aruna, perempuan 35 tahun, berprofesi ahli wabah di lembaga advokasi. Nadezha, penuli lepas majalah gaya hidup modern. Soal selera dia di level tertinggi. Dan satu laki-laki, Bono, chef muda dengan reputasi internasional, alumny Culinary Institute of America.

Meski sudah sangat matang dari usia, ketiganya memilih untuk belum membangun rumah tangga. Ketiganya punya karakter, profesi, dan dunia masing-masing. Tiga manusia ibukota itu pada akhirnya bisa terkait satu sama lain karena obsesi yang sama: kuliner.

Novel berseting tahun 2005, saat dunia marak dengan kasus flu-burung, tak terkecuali di Indonesia. Aruna ditugaskan mengivestigasi kasus di delapan daerah; Surabaya, Madura, Palembang, Aceh, Medan, Singkawang, Lombok, dan Banyuwangi.

Perjalanan dinas itulah dijadikan kesempatan bagi Aruna untuk sekaligus mengivestigasi pula ragam kuliner tempat yang didatanginya. Aruna membujuk dua karibnya; Bono dan Nadezha, untuk ikut berpetualang makanan. Mengeksplorasi kekayaan kuliner delapan kota di Indonesia.

Tentu menjelajah tidak hanya merasakan makanannya. Mereka merayaan perbedaan, menikmati keragaman, dan memahami isu sosial dan budaya. Mereka menggambarkan dan memaknai banyak hal tentang makanan. Mulai dari kesehatan, politik, sosial, sejarah, mitos, cinta, dan persahabatan.

Kemudian kita menjadi paham bahwa Tuhan menciptakan lidah manusia tak ada yang lain pada mulanya, ada pengecap manis, asin, pedas, dan, pahit. Pada kemudian hari selera lidah masing-masing bertransformasi karena pengaruh alam yang berbeda, perjalanan sejarah, faktor ekonomi politik, bahkan agama,- yang membentuk pengaruh ragam masakan.

Tak seintens Amba, masterpiece Laksmi -- mungkin karena riset hanya butuh 1,5 tahun, sedangkan Amba butuh 10 tahun. Namun biar begitu, Aruna dan Lidahnya— tetap merupakan sebuah novel bagus di tengah gemburan novel dan buku sastra yang tak bosan-bosan mengangkat percintaan yang menjemukan.

Salam santap kawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja