Bahaya Pornografi

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi telah membawa dampak positif pada perkembangan kehidupan masyarakat. Namun, di sisi lain juga membawa efek negatif pada perkembangan mental dan moral, terutama pornografi. 

Pornografi di Indonesia sudah benar-benar mengkhawatirkan, sudah demikian terbuka dan sangat mudah untuk mengaksesnya. Tidak itu saja, pornografi telah merasuki ke tingkat usia berapa pun, termasuk anak-anak sekolah dasar. 

Dunia anak saat ini bukan sekadar dunia bermain, namun sudah mengancam kejahatan seksual dan pornografi. Tidak hanya objek, tapi sekaligus sebagai pelaku kejahatan moral tersebut. Komnas Perlindungan Anak punya data yang membuat kita terkejut dan miris. Berdasarkan hasil survei di 12 kota besar, 97 persen anak dan remaja mengaku pernah melihat dan mengakses situs porno dan sejenisnya. 

Jangan dianggap remeh, pornografi lebih berbahaya dibandingkan dengan Narkoba. Berdasarkan penelitian dari Kementerian Kesehatan, kerusakan otak akibat narkoba bisa merusak dua hingga tiga komponen di dalam otak, tapi akibat kecanduan pornografi bisa merusak lima komponen di otak. 

Jika sudah kecanduan pornografi otak akan rusak sehingga anak akan menjadi bodoh dan teradiktif bahkan dikhawatirkan akhirnya akan menimbulkan penyakit seksual. Kecanduan pornografi mungkin lebih sering dipandang sebagai suatu kelemahan moral atau bentuk hiburan semata. 

Tapi seorang ahli menyatakan kecanduan pornografi layaknya kecanduan bahan kimia, yang merupakan penyakit otak. Kecanduan pornografi adalah kecanduan yang paling sulit untuk diobati, karena kecanduan ini menyerang 'jantung' kemanusiaan. Hal ini karena seksualitas merupakan pendorong utama dari kepentingan manusia. 

Lantas, bagaimana menghentikan kengerian ini. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun negara dan bangsa Indonesia. Upaya pemerintah memberantas pornografi melalui pendekatan hukum dengan cara pembuatan berbagai macam peraturan-peraturan proteksi, atau juga dengan penyelesaiaan pintas dengan memblokir situs-situs pornografi patut kita aprseiasi dan kita dukung sepenuhnya. 

Namun menurut saya, pendekatan persuasif dan dukungan penuh, mungkin bisa lebih efektif untuk anak-anak mau menjauhi pornografi. Sesungguhnya kita tidak akan bisa melindungi anak dari hal-hal yang beredar dalam media-media yang merusak mental tersebut, karena kita tidak dapat mengontrol sepanjang waktu. Sehingga peran orang tua dan orang terdekat menjadi sangat penting.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja