Kisah Ajaib 33 Petambang Chile


Jika berbicara tambang, saya selalu ingat kisah heroik 33 petambang negara Chile pada 2010. Kala itu mereka terperangkap selama 69 hari di perut bumi sedalam hampir 700 meter di bawah permukaan tanah, akibat terowongan di sekitar tambang emas tersebut tiba-tiba runtuh.

Itu bencana dunia pertambangan yang pada akhirnya berganti menjadi suka cita manakala aksi penyelamatan yang mengagumkan dan mengharukan, sukses dilakukan oleh Pemerintah Chile di bawah Presiden yang sangat dicintai rakyatnya, Sebastian Pinera. 

Pinera dipuji seantero dunia karena pendekatannya dalam menghadapi bencana. Dia tak melihat bencana dari kecil atau besarnya jumlah korban, tapi dari sisi kemanusiaan dan peduli kepada semua rakyatnya.

****

Lantas bagaimana peran pemimpin (Pemerintah) kita terhadap dunia pertambangan.

Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang berlimpah, yang akan sangat berguna untuk kemandirian bangsa jika diolah dengan baik. Rumusnya semakin kaya SDA yang dimiliki suatu negara, semestinya semakin mensejahterakan masyarakatnya. Namun, kenyataan menunjukkan jumlah SDA yang berlimpah justru berkebalikan dengan taraf kesejahteraan hidup masyarakat sekitar tambang.

Yang kita khawatir lagi, jangan sampai negara sudah tidak sanggup meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar areal tambang, diperparah dengan beberapa usaha pertambangan yang berdampak merusak lingkungan hidup.

Kondisi negara saat ini memiliki pemerintah yang belum cukup banyak bekerja, kekurangan visi yang jelas, kepemimpinan lemah, dan kurang menggunakan kaum ilmuwannya. Nampaknya ada yang salah dengan pengelolaan SDA kita ini. Beberapa kemungkinan kesalahan tersebut, antara lain, cara pengelolaan yang tidak benar (management failure), kebijakan yang diterapkan tidak tepat (policy failure), dan sistem peruntukan dan distribusi hasil SDA yang salah (distribution failure).

Jika mengacu dari indikator-indikator yang ada, ketiga penyebab tersebut sama-sama dimungkinkan. Ketiganya juga sama-sama memiliki potensi merugikan, yakni pemanfaatan SDA yang tidak memberikan kontribusi signifikan bagi kesejahteraan sebagian besar masyarakat. Kerusakan lingkungan hidup juga telah menimbulkan biaya bagi negara untuk mengganti.

Untuk pengendalian SDA yang optimal, penerapan kebijakan metode evaluasi sangat berguna bagi pihak-pihak terhadap kerusakan lingkungan hidup. Karena seringkali yang dimaksud sebagai penyebab perusakan lingkungan hidup adalah perusahaan tambang. Meskipun tidak selamanya seperti itu. 

Kadang terjadi sumber perusak atau adalah individu, masyarakat atau bahkan pemerintah sendiri. Dalam hal ini jika pemerintah tidak mampu menghasilkan kebijakan atau peraturan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan, maka bisa jadi dianggap sebagai perusak lingkungan hidup. Pemerintah perlu mengarahkan segala pihak terkait dan menyediakan sarana agar laju kerusakan akibat tambang bisa dikurangi.

Upaya manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam sangat dibutuhkan. Agar dunia tetap rahayu dan lestari, perilaku manusia harus selaras dan harmoni dengan alam. Baik dan buruk bumi ini tergantung dari perilaku manusia itu sendiri. 

Manusia, selain dia berkembang biak, juga adalah makhluk yang memiliki potensi besar merusak alam ini, bahkan dengan brutal sekali pun.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja