Filosofi Batik

Mungkin kita semua sama, senang sekali jika mengenakan baju batik. 

Entah kenapa, baju batik yang saya pakai selalu membuat saya merasa lebih keren, lebih percaya diri, dan tentu saja lebih mencintai bangsa Indonesia.

Batik adalah karya seni bernilai tinggi. Bukan sekadar pakaian. Busana batik tidak pernah mati gaya. Produk tekstil warisan leluhur bangsa kita memang indah dan membuat hasil budaya ini dikagumi sampai ke manca negara. 

Batik telah menjelajah hingga Eropa, Australia, Asia, dan Amerika. Karena telah menjadi ekspor unggulan, batik mengalami perkembangan pesat menyangkut warna, pola dan juga corak yang semakin dinamis.

Motif batik tradisional semacam parang, tanaman, binatang, truntum tidak lagi mendominasi. Kini bermunculan motif lebih berani gambar realis maupun abstrak sebut saja awan, gambar candi, wayang. 

Lebih heboh lagi banyak anak muda kantoran mengenakan batik dengan terselip motif logo klub sepak bola luar negeri seperti MU, Barcelona, Chelsea, Real Madrid, AC Milan, dan sebagainya. 

Sebagai produk busana, perkembangan batik memang tidak bisa lepas dari tren mode dan gaya. Mesti merespon pasar. Dari semula hanya busana bangsawan untuk keperluan upacara keraton Solo dan Yogyakarta, batik keluar menjadi bahan sandang yang “wajib” dimiliki masyarakat Indonesia.

Dari awal pola batik tradisional dibuat dengan menggunakan canting berisi lilin cair yang berbentuk tambaga berujung runcing dan berlubang kecil, kini batik bukan hanya dibuat dengan canting dan cap, melainkan juga diproduksi dengan mesin tekstil dalam skala besar. Produk jenis ini biasa disebut batik printing.

Industri batik tumbuh, terutama di tiga daerah pemasok batik dengan kualitas halus, yakni Solo, Yogya, dan Pekalongan. Di Solo ada batik Danar Hadi dan Batik Keris yang melegenda. Di Jogja terkenal dengan batik desa Pleret, hingga kini Jogja sudah memiliki ratusan motif batik. Jika Solo dan Yogya kaya akan motif abstrak dan konvensional, maka batik Pekalongan merupakan pionir dari motif batik yang beraneka warna, lebih berani dan ngejreeng.

Pesona batik makin mendunia, beberapa tokoh dunia dan seniman di manca negara terinspirasi dengan motif batik Indonesia. Nelson Mandela misalnya, sangat kagum dan menggemari histori dan filosofi batik diciptakan. Madiba menjadikan batik sebagai busana nasional Afrika Selatan.

Desainer di luar negeri pun sering memadukan motif  batik Indonesia dengan kebudayaan negara asal perancang. Malaysia malah terang benderang membajak dan menjiplak. Mereka telah mengklaim dan mematenkan beberapa motif asal Indonesia. Negeri jiran juga sangat aktif mengembangkan batik kemudian memperkenalkan batiknya kesejumlah negara.

Untuk melindungi kekayaan luhur bangsa, sebaiknya kita makin giat mempromosikan, dan dari aspek perlindungan hukum, sudah semestinya seluruh motif batik di Indonesia dipatenkan sebagai kekayaan intelektual.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja