Janji Joni dan Para Politisi


Masih ingat dengan film Janji Joni? Ini film Indonesia yang unik, dan saya menggemarinya. 

Tokoh Joni diperankan oleh aktor bertalenta Indonesia, Nicholas Saputra.

Sesuai judul, Joni yang berprofesi sebagai pengantar rol film antar bioskop di kota Jakarta, memiliki track record yang baik selama menjalankan tugasnya, dia tak sekali pun terlambat untuk menyerahkan sambungan film, yang bisa dibayangkan jika memang itu terlambat.

Pada satu hari yang sangat penting dalam hidupnya, Joni secara eksplisit berjanji kepada perempuan cantik yang ingin menonton satu film, untuk terus menjaga rekor bersih itu. Bagi Joni ini hal yang mudah untuk dilakukan. Namun hari itu mungkin seluruh isi alam berkonspirasi menjegal upaya Joni menunaikan amanah, justru pada saat yang paling penting dalam karir dan hidupnya.

Singkat cerita, Joni gagal memenuhi janji “mudahnya”. Namun hampir tak ada orang yang setuju bila Joni adalah orang yang suka berbohong. Penonton dan perempuan cantik itu memaafkannya dengan melihat usaha Joni sebelum dia memang “gagal”.

Kenapa saya tiba-tiba mengingat film yang dirilis pada tahum 2005 ini?

Nyaris setiap saya saya hidup di tengah pertarungan politik, mulai pemilihan legislatif, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah. 

Para politisi yang mencalonkan tersebut dengan mudah mengumbar janji, tanpa peduli janji itu realistis dan sudah lazim bahwa janji politik adalah janji yang tidak mesti ditunaikan. 

Mereka selalu narsis bahwa merekalah calon terbaik yang akan membawa kesejahteraan rakyat dengan iming-iming seluruh kehidupan dari orang lahir sampai kita meninggal akan bebas dari biaya.

Mereka juga mengklaim telah didukung oleh sejumlah lapisan masyarakat. Mulai dari tokoh agama, tokoh pendidikan, budayawan, organisasi swadaya, dan sebagainya, tanpa mereka bisa membedakan bahwa memberikan dukungan bukan berarti akan memilihnya.

Timbul lagi pertanyaan, apakah ketika mereka terpilih nanti mengabaikan janjinya akan dimaafkan dan dimaklumkan juga?

Yang pasti kegagalan janji kampanye tidak bisa disamakan dengan “kegagalan” Joni dalam mengantar rol film. 

Walau Joni hanya berprofesi yang sering dilupakan orang, namun Joni sudah berusaha dan hampir mati demi menunaikan kewajibannya.

Kalau saya pribadi tentu memakluminya, karena sebelum janjinya dilaksanakan saya sudah kehilangan ekspektasi, tak berharap banyak pada mereka para politisi.

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja