Merayakan Literasi di Ubud


Ini pengalaman saat bersenang-senang merayakan literasi di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pada 2019, tepat setahun yang lalu.
UWRF diinisiasi Janet DeNeefe dan diprakarsai Yayasan Mudra Swari Saraswati. Gagasan dari Janet DeNeefe, perempuan kelahiran Australia, UWRF muncul terinspirasi dari proyek pemulihan batin sebagai respon atas pemboman Bali pada 12 Oktober 2002. 
Janet DeNeefe yang sudah lama menetap di Ubud, ingin dunia luar melihat bahwa Bali bisa bangkit dan tidak takut pada teroris. 
Pertama kali digelar kecil-kecilan pada 2004, kini festival telah berkembang menjadi salah satu acara kesenian dan sastra yang paling terkenal di dunia. Surat kabar berpengaruh Inggris The Telegraph tanpa ragu mendapuk UWRF sebagai salah satu dari lima festival sastra terbaik di dunia.
UWRF 2019 merayakan tahun ke-16 penyelenggaraan pada 23-27 Oktober 2019 di pusat kota Ubud. Edisi tahun 2019 mengambil tema 'Karma', berdasarkan pada filosofi Hindu di mana setiap aksi mendorong konsekuensi yang sama kuatnya yang bentuknya serupa. Juga kira-kira dapat dimaknai sebagai hukum sebab dan akibat. 
Janet DeNeefe, menghubungkan tema Karma secara langsung dengan isu-isu paling mendesak di dunia tentang pemanasan global dan krisis ekologi. Mendesak pemimpin kekuasaan global untuk mengambil tindakan yang berarti sebagai bentuk tanggung jawab. Janet memiliki fokus sastra dan juga kesadaran sosial.
UWRF 2019 menampilkan 180 pembicara dari 30 negara. Dari kalangan penulis, akademisi, dan sastrawan atau pegiat literasi, dalam 170 agenda program mulai dari diskusi panel mendalam, lokakarya seru isu kontemporer, penayangan film, peluncuran buku, pameran seni, dan kegiatan lain untuk membahas pertanyaan apakah kita sepenuhnya menyadari tindakan kita dan konsekuensinya, dan apa cara terbaik untuk  tindakan orang lain. 
Bertemu dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia dan saling bertukar kisah, duduk bersama untuk berdiskusi tentang topik-topik yang menarik, dan bersatu dalam riuhnya pesta inspirasi.
Bukan hanya sastra dan seni yang dirayakan di UWRF, namun juga manusia, budaya, bangsa, dan semesta alam. Melampaui batas budaya dan fisik. Janet DeNeefe berfilosofi bahwa pada saat kecepatan dan kerentanan peristiwa global dapat membuat kita merasa retak dan rentan, UWRF mengajak kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan bagaimana kita dapat berjuang untuk harmoni dan kemakmuran di dunia yang kita ciptakan. Di Bali, penciptaan harmoni dan kemakmuran kolektif dapat dilihat hampir di setiap sudut.
Salah satu hal terbaik UWRF adalah berlangsung di tempat-tempat paling indah di pulau Bali. Ubud terkenal dengan banyak hal. Selama berabad-abad bangsawan Ubud memiliki seni, tarian dan musik indah. Ubud dipenuhi teras sawah yang hijau, kuil Hindu Puri Saren yang agung, resor-resor kelas dunia yang luar biasa. 
Di Pasar Seni Ubud, seniman dan pengrajin lokal menjual hasil karya mereka dari pernak-pernik, layang-layang yang dilukis dengan tangan, hingga sarung batik dan T-shirt. Barack Obama dan keluarganya pernah berlama-lama berlibur menikmati segala keindahan di Ubud.
Rasanya saya sudah tak sabar mendapatkan pengalaman baru menjelajahi salah satu festival sastra terbaik di dunia. World class place with world class literary festival. That's Ubud!.
Tahun ini UWRF ditunda karena pandemi Covid-19. Kita akan menunggu dan lebih menghargainya pada UWRF 2021 mendatang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja