Malam Kemenangan Mavericks

(sumber: https://id.pinterest.com/pin)

Hari ini saya ingin mengenang satu malam luar biasa sebagai penggemar bola basket yang ikut merayakan pesta kemenangan Dallas Mavericks menjuarai NBA 2011, kompetisi paling prestise sejagad. Tepat hari ini sembilan tahun yang lalu.
***
Sudah lama sekali saya tidak bermain Basket, tapi saya tak pernah berhenti mengikuti perkembangan olahraga populer di Amerika Serikat, negara Paman Sam ini.
Masa sekolah saya, seragam putih biru dan putih abu-abu, hampir mustahil menandingi popularitas permainan basket saat itu. Sekolah kita dianggap ketinggalan jika tidak mengirim tim bertanding di turnamen antarsekolah. Saat ini, mungkin sejak berganti milenium, basket mulai tersaingi dengan fenomena futsal, urban sport.
Kadar kegemaran terhadap basket saat itu tidak sekadar bermain, kami semua sudah memiliki tim jagoan di NBA, kompetisi impian pebasket dari segala penjuru dunia.
Saya masih ingat ngefans dengan klub Orlando Magic yang diperkuat duet newstar center Shaquille O' Neal dan point guard Anferneey Hardawaay. Duet ini muncul saat legenda Michael Jordan tiba-tiba mundur pada 1994, saat penampilannya masih di puncak. Sayang duet ini belum mampu meraih cincin juara pada1995, ketika itu meski diunggulkan di final, Magic dihajar 0-4 tanpa balas oleh Houston Rockets yang mengandalkan Hakeem Olajuwon dan Clide Drexler.
Musim berikutnya, Jordan come back, dan membuat NBA kembali booming. Itu pula menandai golden era part II Chicago Bulls. Bulls saat itu diperkuat Jordan, Pippen, dan 'Badboy' si raja rebound Dennis Roodman dengan pelatih kawakan Phil Jackson. 

Bulls tak tertahankan meraih hettrick (1996-1998). Di final Bulls mengalahkan Seattle Supersonic dan kemudian dua kali mempecundangi Utah Jazz yang dimotori Jhon Stockton dan Karl "Post" Malone. Duet sehati itu kemudian pensiun dari NBA tanpa pernah berhasil juara, dan saya dapat merasakan kepahitan dan berempati pada Jhon dan Karl.
Paska meraih cincin juara ke-6 Bulls, "air' Jordan kembali memutuskan berhenti dari olahraga yang membuatnya menjadi atlet terkaya sejagad bertahun-tahun. NBA kembali lesu dan berharap menemukan baby Jordan untuk mendongkrak rating televisi yang anjlok. Beberapa bintang kemudian mengorbit, sebut saja Kobe Bryant, LeBroon James, Tim Duncan, dan sebagainya, namun belum bisa mengangkat citra NBA seperti sedia kala.
Saya juga relatif datar mengikuti persaingan ketat di NBA karena tidak memiliki tim jagoan lagi. Hingga akhirnya pada awal milenium saya memutuskan menjadi penggemar berat klub Dallas Mavericks, sampai sekarang.
Alasan yang sangat lucu dan unik mengapa saya menggemari tim dari negara bagian Texas, lokasi penembakan Presiden Kennedy pada 1963. Alasan pertama bukan karena pebasket idola saya bermain di sana atau juga bukan karena gaya bermain yang buat saya terpesona. Saat itu hanya satu alasan: owner klub yang berlogo kuda laut ini bernama Mark Cuban. 
Cuban adalah entrepreneur, miliuner muda paling sukses di AS. Jejak dan gaya pria flamboyan ini membuat saya langsung senang memiliki nama akrab 'Cuba'. Saya sampai sekarang masih heran, hanya karena si-owner namanya mirip, saya bisa langsung jadi fans berat Mavs. Bahkan melebihi dulu kecintaan saat saya mendukung Orlando Magic. Demikianlah cinta dan benci bisa datang dari mana saja.
Pada musim 2006, Mavs nyaris untuk pertama kali meraih juara NBA. Di final melawan Miami Heat, Mavs telah unggul 2-0. Namun bara Heat belum padam, lewat duet O'Neal dan Dwayne Wade serta pelatih modis tua-tua keladi, Pat Riley, Heat melakukan come back ajaib dengan balik unggul 4-2. Saya masih ingat melihat Cuban menatap hampa kesedihan meyaksikan lawannya, O' Neal cs berpesta juara di American Airlines Arena, kandang Mavs sendiri.
Butuh waktu lima tahun bagi Mavs untuk kembali tampil di final akbar. Klop, lawannya pun sama, Miami Heat yang saat itu diperkuat King James yang juga berhasrat meraih cincin jaura pertamanya. Kali ini Cuban, Dirk Nowitzky cs, dan para fans Mavs berharap revans atas kekalahan menyakitkan lima tahun silam.
Akhirnya. We are The Champions. Mavericks kampiun. Juara yang diraih cara hebat dengan melakukan pembalasan yang hampir identik. Musim ini Mavs lah yang berpesta pora di kandang Heat, American Arena, Miami. Mavs unggul 4-2 setelah tertinggal lebih dahulu 1-2. Dilengkapi penobatan bintang Dirk Nowitzky sebagai pebasket terbaik. 

Dirk atlet dari Jerman yang pensiun pada 2019 lalu, dipuji sebagai wajah baru yang segar di NBA karena gaya bermain yang original, dan mendobrak 25 tahun MVP NBA disabet oleh pebasket berkulit hitam.
Saya senang sekali bahwa Mavs untuk pertama kali meraihnya. Setelah hampir 20 tahun sebagai penggemar klub basket NBA dan tidak pernah merasakan bagaimana senangnya tim jagoan kita meraih sukses juara, akhirnya saya bisa merayakan euforia ketika jagoan menjadi yang terhebat di panggung basket terakbar.
Congrats Mark Cuban, Dirk Nowitzky, Jason Terry, Jason Kidd, and to all Mavericks.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja