Setelah Liverpool Juara Liga Inggris 2020

(dok. pri)


Penantian panjang Liverpool selama tiga dekade akhirnya berbuah manis pada Kamis malam, 25 Juni 2020. Kekalahan Manchester City, juara bertahan, dari Chelsea di Stamford Bridge, memastikan The Reds memenangkan gelar ke-19 Liga Inggris, atau trofi perdana Premiership mereka.

Terakhir kali Liverpool juara kasta tertinggi sepak bola Inggris pada 1990 saat kompetisi berformat Divisi One. Setidaknya ada tujuh pelatih dalam rentang tersebut, mulai Kenny Daglish hingga Brendan Rodgers. Kebetulan pula perlu tujuh Perdana Menteri Inggris sejak 1990, dari Margaret Thatcer sampai saat ini Boris Jonson.

Sulit mempercayai klub besar dengan sejarah panjang dan dukungan fanatik berpuasa gelar prestisius sepanjang 30 tahun. Selama itu Liverpool menjadi tim spesialis turnamen. Mereka bahkan dua kali menjuarai Liga Champions (2005 dan 2019), Piala Dunia, Piala FA dan turnamen domestik. Namun gelar Premiership tak pernah kunjung direngkuh, walaupun beberapa kali mereka sudah sangat dekat dengan titel, seperti pada musim 2009, 2014, dan 2019. Dua yang disebut terakhir paling menyakitkan bagi para Liverpudlian.

Sir Alex Ferguson dalam autobiografinya, di bab Liverpool - Tradisi Besar, menjelaskan Liverpool telah jatuh dalam perangkap, banyak membeli pemain yang kualitasnya bukan Liverpool sejati. Untuk kembali bisa menandingi kami (United) dan Manchester City, Liverpool memerlukan investasi yang besar, termasuk stadion, fasilitas kamp latihan, dan paling penting mereka butuh tujuh-delapan pemain baru berkualitas supaya bisa sampai ke standar juara.

Pada awal musim 2015 Liverpool mulai melakukan revolusi sebagaimana yang dimaksud Ferguson. Pada 8 Oktober 2015, Jurgenn Klopp datang ke Anfield dari Jerman untuk menggantikan Brendan Rodgers, manager muda yang mengantar tim menjadi runner-up pada musim sebelumnya. Ini merupakan keputusan berani yang diambil oleh manajemen Liverpool.

Saat pertama diperkenalkan, Klopp sangat percaya diri, karismanya memikat banyak pers dan suporter. Ia tidak tampak berada di bawah tekanan mengemban tugas maha berat itu. The Normal One-julukan Klopp, bahkan sudah ‘berjanji’ akan mengantarkan Liverpool menjadi juara, setidaknya pada musim keempatnya, tidak bisa menyulap segera mendatangkan trofi. Ia paham dan telah mengukurnya sedemikan akurat. Ia mengubah segalanya dengan kepercayaan, kesabaran, dan kerja keras sejak pertama datang di Anfield dan pusat latihan Melwood.

Klopp membuktikan ia laki-laki yang bisa dipegang omongannya. Ia benar-benar merevolusi sembari membangun tim yang benar-benar hebat. Pertama Klopp berani membuka jalur bagi bakat-bakat akademi Liverpool, mengorbitkan dan mempercayai talenta-talenta seperti Trent Alexander Arnold dan Andrew Robertson. Kemudian ia melakukan pembelian kunci pada bek tengah Virgil Vand Dijk dari Southampton, dan kiper Alison Becker dari AS Roma. Dua rekrutan terbaik yang pernah dilakukan Liverpool.

Dengan komposisi komplit dan pengalaman musim 2019, The Reds benar-benar menampilkan performa luar biasa. Menyajikan sepak bola agresif menghibur yang enak ditonton. Dari 31 laga yang sudah dimainkan, Jordan Hendersonn cs, hanya kehilangan 7 poin, hasil dua kali bermain imbang melawan Manchester United dan Everton, dan satu kekalahan dari Watford.

Mereka tampil sangat konsisten-syarat paling penting menjuarai Liga. Memenangkan gelar impian dengan berkelas dan bertabur rekor, saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga. Mereka juara dengan standar baru dari skuad fantastis yang berisikan pemain top, dipimpin manager kelas dunia, dan suporter paling fanatik.

Gelar ini bisa dikatakan mahakarya Klopp. Revolusi Klopp selama hampir lima tahun terhitung cepat. Ia membuktikan sebagai salah satu manajer terbaik di dunia saat ini. Klopp bagi pendukung sudah dianggap setara dengan manajer legendaris Bill Shankly, Bob Paisley, dan Kenny Daglish.

Filosofi bermain Klopp yang dijuluki gegenpressing, bukan lagi sekadar rekor melainkan warisan berharga. Gegenpressing bisa dibandingkan dengan konsep total foetball Rinus Michel atau tiki-taka, masterpiece Guardiola.

Gelar Liga Inggris juga diyakini sebagai awal era baru kejayaan The Reds. Tahun lalu mereka merayakan juara Piala Eropa keenam dengan sensasional, kemudian juara dunia pada akhir tahun. Ke depan Liverpool akan berjuang untuk mengukuhkan kembali dominasinya sebagai raja Liga Inggris, melewati Manchester United yang telah memiliki 20 trofi.

****

Hampir tidak ada klub yang memiliki hubungan emosional begitu intens dengan pendukungnya seperti Liverpool. Ada begitu banyak Liverpudlian militan, tegar, dan sabar, di sekitar saya merayakan momen juara ini dengan perasaan terharu.

Mereka milenial yang tumbuh dengan cerita-cerita dari sisi-sisi hebat Liverpool pada 1970-an dan 1980-an. Liverpool sudah mandarah daging dan budaya hidup mereka sehari hari. Jika Liverpool menang akan memengaruhi positif aktifitasnya. Sebaliknya jika kalah juga berdampak negatif terhadap semangatnya.

Pendukung Liverpool menggambarkan apa artinya menjadi juara Liga Premier lagi. Mereka telah melalui waktu panjang dengan harapan, kekecewaan, kemarahan, kerinduan, dan kini tahu betul pentingnya menantikan momen juara ini. Benar-benar ujian kesabaran yang berbuah sangat manis. 

Dua hari ini lini media sosial juga dibuat heboh dengan perayaan Liverpudlian. Berbagai ekspresi sukacita dilampiaskan dari Liverpudlian belia hingga Liverpudlian berusia 90 di platform-platform media sosial. Bahkan ada yang mengatakan ia telah menunggu seumur hidupnya untuk merasakan momen hebat ini. Sudah diduga sebenarnya, karena selama media sosial muncul dalam satu dekade, para Liverpudlian lebih kerap menjadi olok-olokan di Liga Inggris, terutama dari fans Manchester United.

Saya bukanlah bagian dari mereka, namun senang juga rasanya melihat penggemar klub sepak bola mendukung timnya sedemikian fanatik. Mencoba membayangkan perasaan mereka memiliki tim idola yang memiliki begitu banyak patah hati kemudian berhasil menjadi kegembiraan tiada tara.

Ketegaran dan kesabaran Si Merah bersama pendukungnya adalah inspirasi. Kegagalan demi kegagalan dijadikan cambuk. Klopp dan Liverpool mengajak kita tidak pernah menyerah dalam kondisi sulit apa pun.

Demikian adanya, Klopp sudah membuktikan sebagai salah satu manajer terhebat dunia, dan Liverpool juga membuktikan merupakan klub yang sungguh-sungguh besar karena bisa kembali menjadi pemenang sesudah terpuruk.

Kemarin Liverpool adalah dunia dalam satu kota, dan Liverpool FC adalah dunia dalam satu tim.

YWNA.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja