Para Petarung di Layar Lebar

(Sumber : https://www.imdb.com/title/tt096451)

Cerita tentang film lawas yang masih menghibur dan menginspirasi.

Saya sepenuhnya setuju, segala sesuatu yang berhubungan dengan olahraga tinju adalah luar biasa. Di sana ada kerja keras, disiplin, keberanian, pertarungan, sportifitas, dan sikap saling menghormati.

Nilai-nilai tersebut menjadi inspirasi para sineas Hollywood tak pernah berhenti mengangkat tema olah raga tinju ke layar lebar, baik berupa kisah sejarah dokumenter maupun inspirasi seorang atlet tinju yang hebat, seperti kisah Muhammad Ali, Mike Tyson, Sugar Ray Leonard, dan sebagainya.

Di sisi yang lain, hal yang ironis, sudah jamak bahwa kehidupan banyak petinju setelah gantung sarung tangan, jatuh pada titik nadir paling rendah: menyombongkan masa lalu, terjerat hutang piutang, terlibat drugs, skandal sex, dan macam-macam kejahatan.

Mungkin tidak banyak film kisah adu jotos yang saya tonton, kecuali mungkin yang masuk dalam top movie, sebut saja Cinderella Man (2005) karya Ron Howard, film lawas Raging Bull (1980) buatan Martin Scorsese, dan film legendaris Rocky besutan Jhon G Advilsen.

Namun saya paling terkesan dengan film Million Dollar Baby (2004) karya Clint Eastwood dan film The Fihgter (2010) arahan Sutradara David O Russel.

Million Dollar Baby merupakan film bergenre drama memikat yang skenarionya ditulis Paul Haggis dan dinarasikan secara mengalir oleh Eddie Dupris (dimainkan secara pas oleh aktor kawakan Morgan Freeman).

Berkisah tentang seorang waitress perempuan bernama Maggie (diperankan total oleh Hillary Swank) yang bersikukuh menjadi petinju juara untuk keluar dari jeratan kemiskinan keluarganya turun temurun.

Segala upaya Maggie untuk minta dilatih oleh Frank Dunn (Clint Eastwood), kedisiplinan dan kegigihan yang tiada padam, serta pergolakan batin Frank menangani woman boxer, dan rangkaian perjalanan dari ring ke ring merupakan ikatan cerita ciamik yang terus membekas di kepala saya.

Tak ada kontrovesi apapun ketika film ini diganjar Academy Award pada 2004, yang melambungkan nama Hillary Swank sebagai satu aktris watak hingga sekarang.

Berbeda angle dari film The Fighter yang ingin ditampilkan David O Russel. The Fighter lebih menonjolkan sisi humanis mantan petinju kelas menengah, Dicky Erlund (diperankan dengan hebat oleh Christian Bale) yang terpuruk dan selalu menyombongkan kehebatannya pernah "menjatuhkan" petinju kelas Welter legendaris Sugar Ray Leonard.

Usaha Dicky untuk mengorbitkan adiknya Mark Erlund (Mark Wahlberg) sebagai juara dunia saat kehidupannya hancur berantakan, merupakan benang merah dari film semi dokumenter berdurasi 116 menit ini.

Terlihat dengan jelas bahwa Dicky hendak menularkan semangat bertarung tiada henti di atas ring. Drugs dan free sex boleh saja merenggut secara tragis karir dan kehidupan Dicky, namun tidak ada yang dapat menghilangkan mental petarung yang telah ditanamnya bertahun-tahun.

Salam sinema.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja