Mengenal Orang Bugis

(sumber: https://www.goodreads.com/book)

Manusia Bugis, karya Christian Pelras, merupakan terjemahan dari The Bugis, yang diterbitkan oleh Blackwell Publisher (Oxford, UK ; Cambridge, USA) dalam serinya “The People of Southeast Asia and the Pacific”, dengan editor utama Ian Glover dan Peter Bellwood. 

Sekilas buku ini tidak menampakkan sebagai buku sejarah dan budaya, malah kesan pertama saya menganggap ini buku komik. Alasannya desain cover yang memajang abstrak seni wajah manusia yang komikal. Don't judge a book by its cover menjadi pas. 

Kesan tersebut hilang ketika melihat halaman daftar isi yang merangkum seluruh tulisan hasil riset mendalam dan analis yang tajam oleh Pelras. Sejak empat dasawarsa Pelras memang tekun mengkaji berbagai aspek kemasyarakatan, sejarah, dan kebudayaan Bugis. Latar belakang akademisinya adalah Doktor Antropologi di Universitas Sorbone (Paris).

Kehadiran Manusia Bugis menjadikan referensi bagi siapa saja yang ingin menapak tilas secara utuh peradaban orang Bugis, seluruh aspek kehidupannya. Buku ini sekaligus mendapat tempat tersendiri di antara banyaknya tulisan mengenai kebudayaan Bugis, dan Sulawesi Selatan pada umumnya.

Pelras tanpa ragu menilai bahwa orang Bugis sebagai orang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu, demi mempertahankan kehormatan, orang Bugis bersedia melakukan tindak kekerasan. Namun di balik sifat keras tersebut, orang Bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi rasa kesetiakawanannya.

Dalam mengkaji stratifikasi sosial, meskipun orang Bugis merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki sistem hirarki paling rumit dan kaku, akan tapi pada sisi prestise dan hasrat berkompetisi untuk mencapai kedudukan sosial tinggi, baik diukur oleh jabatan maupun kekayaan, tetap merupakan faktor pendorong yang menggerakkan roda kehidupan sosial kemasyarakatan mereka.

Dari aspek agama dan spiritualitas, Pelras menulis orang Bugis menjadikan agama (Islam) sebagai bagian integral dan esensial dari adat istiadat dan budaya mereka, meskipun juga berbagai kepercayaan peninggalan sebelum Islam, misalnya, ritual perdukunan yang dianggap dapat berkomunikasi dengan dewa-dewa leluhur yang mereka pertahankan sampai akhir abad ke-20.

Keseluruhan buku ini terdiri dari dua bagian dan sepuluh pokok pembahasan. Diawali asal usul orang dan tanah Bugis, pembentukan identitas Bugis dari zaman ke zaman, kekuasaan kerajaan Bugis, agama Islam yang menuntun orang Bugis, sistem kekerabatan, perkawinan, sratifikasi sosial, hingga kehidupan modern Bugis. 

Dilengkapi juga mengenai jiwa usahawan dengan istilah saudagar Bugis, dengan satu contoh “dinasti Hadji Kalla” dengan sosok Jusuf Kalla, yang mungkin bisa jadi merupakan sosok orang Bugis modern paling dikenal di Nusantara.

Saya termasuk telat membaca buku ini setelah dicetak pertama kali pada 2006. Namun di sinilah asiknya membaca buku sejarah dan kebudayaan yang ditulis dengan baik, karena kita seakan mampu menembus ruang dan waktu di bentangan peta yang tergambar dengan apik.

Manusia Bugis dipilih sebagai Buku Bermutu melalui proses seleksi oleh Program Pustaka Indonesia. Sebagai orang Bugis, saya merasakan hal yang menakjubkan ada referensi sedemikan ilmiah. Terima kasih untuk maha karya Christian Pelras.

Salam hangat dari orang Bugis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja