Selalu ada Rezeki Bagi Orang yang Bekeja


Kisah ini tentang pengalaman kuliner yang menarik. Dulu waktu sekolah di Jogja, salah satu tempat favorit makan malam saya adalah Bakmi Kadin. Disebut Bakmi Kadin, karena tepat berada di depan kantor KADIN DIY, Bintaran, kawasan Pakualaman. 

 

Entah sudah berapa generasi warung bakmi legendaris ini dikelola hingga tetap bertahan dengan menjaga kualitas rasa. Hampir tak ada orang Jogja yang tidak mengenal Bakmi Kadin. Konon, Presiden Soeharto juga pelanggan lama bakmi yang digodok memakai arang ini. Menyantap seporsi bakmi dilengkapi minuman hangat dan diiringi musisi jalanan Jogja, membuat Anda ingin kembali ke kedai tersebut. 

 

Yang juga jadi perhatian say, di dekat Bakmi Kadin yang telah kesohor namanya, ada warung Bakmi juga berdiri. Warungnya terlihat sangat kecil dibandingkan dengan Bakmi Kadin. Banyak orang yang skeptis terhadap keberanian pemilik menjual bakmi di dekat Bakmi Kadin, termasuk saya. Teman saya sempat berucap “Gila, ya itu warung, berani-beraninya jualan disini, gak takut rugi apa?” 

 

Warungnya memang kecil, tidak usah dibandingkan dengan Bakmi Kadin yang bisa menampung 100 orang. Tapi tetap saja warung kecil itu tak pernah kosong. Saya sedikit mengerti tentang konsep-konsep marketing, bahwa meskipun jarak berdempetan, masing-masing punya segmen pasar sendiri-sendiri dibenak konsumennya. Bisa jadi ukuran harga yang menentukan pemilihan tersebut. 

 

Lebih jauh dari sekedar konsep-konsep marketing yang rumit, pemilik warung kecil itu memberikan satu pelajaran informal secara tak langsung, tentang makna kehidupan yang bersahaja. Bahwa setiap usaha mencari nafkah yang dilandasi keyakinan dan keikhlasan dalam bekerja, akan direspon oleh keadaan dan diridhai oleh Tuhan. 

 

Pada satu kesempatan, ketika saya tak mendapat kursi di Bakmi Kadin, saya “terpaksa” mencoba mencicipi bakmi warung itu. Jujur saja, rasanya memang belum bisa mengalihkan selera saya dari Bakmi Kadin. Tapi paling tidak, saya mendapat contoh bagaimana cara bekerja dengan tenang dan menikmatinya. 

 

Tak perlu iri hati melihat orang sekitar kita lebih sukses. Tak perlu terlalu memikirkan bekerja untuk menghasilkan uang yang banyak. Saya dan orang yang sempat tidak yakin dengan keberadaan warung itu, ternyata hanya berpikir kerdil. Jika pemilik warung itu yakin  akan bisa hidup dari warung itu, maka hiduplah dia. Tanpa satu pun orang yang bisa menutup pintu rezekinya. Tak mengapa lah sedikit, yang penting cukup. 

 

Di warung bakmi ini, hukum gravitasi Newton bekerja secara sempurna, bahwa: aksi akan sama besar dengan reaksi tapi bergerak secara berlawanan. Apa yang kita lempar ternyata adalah apa yang kita dapati, begitulah kira-kira. 

 

Kesimpulannya, selalu ada rejeki bagi orang yang niat bekerja. Salam.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja