Mengelola Emosi Masa Pandemi


Menurut penjelasan berbagai artikel dan rekam medis dokter yang saya baca, kesehatan manusia banyak dipengaruhi perubahan gaya hidup. Kita sering lupa, bahwa kesehatan fisik dianggap paling utama, padahal kesehatan mental tak kalah pentingnya.

Pengaruh eksternal yang menyerang tubuh manusia. Bagaimana mungkin dua orang menghadapi situasi yang sama dapat bereaksi sangat berbeda? Mengapa beberapa orang diterpa perubahan-perubahan kehidupan sementara mereka yang lain meluncur dengan tenang seolah tidak pernah terjadi kekalutan?

Kunci untuk pertanyaan di atas adalah respon emosional yang kita sebut kecemasan. Tentu setiap individu memiliki kadar yang berbeda satu sama lain. Ini adalah salah satu misteri kecemasan. Kecemasan adalah semacam perasaan yang menyelinap di semua manusia. Kecemasan akan menjadi masalah besar ketika berlangsung terlalu lama hingga ke titik yang mengganggu kehidupan seseorang, depresi misalnya. Terutama pada masa-masa sulit pandemi korona saat ini, yang membuat kecemasan orang cenderung memburuk.

Dengan begitu ada sesuatu yang harus kita lakukan untuk hal itu. Pastinya dimulai dari mengelola faktor internal manusia. Bersikap tertutup atau menghindari masalah bukan lagi menjadi pilihan. Yang wajib dihindari adalah sikap agresif, eksplosif tak terkendali, amarah, iri hati, permusuhan apalagi menyimpan dendam, dan penyakit dasar manusia lainnnya.

Pola pikir yang salah juga harus dibenahi, seperti misalnya menggeneralisasi berlebihan, terlalu menghakimi, bersikap hitam putih-tak fleksibel, harapan yang tidak realistis, meneropong masalah dari sisi gelap dengan sedikit celah kemungkinan, berpikir pesimistik, membesar-besarkan kesulitan seolah pasrah tanpa akan melakukan upaya mengatasinya.

Banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa manusia dengan emosi positif terbukti selain akan hidup lebih bahagia juga akan lebih panjang umur.

Semoga teman-teman selalu bahagia dan panjang umur. Salam hangat.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja