Hari Pertama di Jogja


Pagi itu, sekitar 23 tahun yang lalu. Tepatnya pada Selasa 15 Juli 1997.

Penanggalan itu memang selalu melekat sebagai salah satu momen yang akan membawa perjalanan hidup saya hingga kini, dan masa depan yang masih panjang (Insha Allah).

Setelah pamitan kebada ibu dan saudara-saudara terkasih, saya meninggalkan rumah baru kami yang masih bau cat, menuju kota tujuan, Yogyakarta. Saya akan menetap di kota Jogja sebagai siswa pindahan kelas II SMA, sekaligus menjadi anak kos yang mencoba mandiri dengan kehidupan sehari-sehari. Paling tidak, impian menjadi anak kos kota Jogja seperti beberapa teman, sedikit lagi akan tercapai.

Dari Makassar (dulu Ujung Pandang), butuh waktu sekitar 10 jam hingga sampai di Jogja. Masih ingat itu kali pertama pengalaman saya melakukan perjalanan dengan Pesawat. Pesawat hanya tiba di Surabaya, kemudian melanjutkan tujuh jam perjanan darat, via Bus Patas, yang nama operatornya pun, saya masih ingat: EKA. Bus berangkat dari terminal Bungur Asih atau beken dikenal dengan Purabaya.

Senangnya bukan main menyusuri bagian timur pulau Jawa yang elok dan subur itu. Mungkin ada delapan daerah yang harus dilewati: Surabaya, Sidoarjo, Mojekerto, Jombang, Madiun, Ngawi, Sragen, Solo, dan tentunya finish di kota Jogja menjelang senja. Ayah memboyong saya menginap tepat di jantung kota yang legendaris, jalan Sosro Wijayan, kawasan Malioboro.

Esok dan tiga hari ke depannya sampai ayah meninggalkan saya sendiri di kota Jogja, adalah menyelesaikan proses formalitas dan administrasi di sekolah baru. Ayah juga tidak lupa memenuhi segala kebutuhan saya sebagai anak kos pemula.

Singkat cerita. Berangkat dari titik itulah, kehidupan remaja saya bertransformasi dari anak rumahan yang sering nyusahin orang-orang sekitar, mencoba menjadi anak kos yang penuh kisah manis dan pilu.

Larut dalam kehidupan bersahaja kota Jogjakarta.

***

Sepenggal cerita di atas, hanyalah sekedar pengantar saya untuk mengucapkan selamat Ulang Tahun Kota Yogyakarta ke-274. Kota bersahaja dan berhati nyaman. Sekali lagi, dirgahayu kota pendidikan dan kota budaya.

Semoga tetap abadi dalam kesederhanaan bagi semua. 

Jogja pancen istimewa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja