Legenda Chris John

Dalam sejarah tinju, selalu akan ada yang lebih baik.

Banyak sudah kita nonton kisah inspiratif seorang atlet tinju hebat diangkat ke film berlayar lebar. Paling tidak perjalanan karirnya dinarasikan dalam sebuah buku biografi.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan tinju memang luar biasa. Kerja keras, disiplin, keberanian, pertarungan, sportifitas, dan sikap saling menghormati adalah jiwa dalam olah raga tinju.

Tidak terlalu mengejutkan memang, tapi tetap ada rasa kehilangan manakala Chris John mengumumkan secara resmi pensiun dari dunia tinju di usia 34 tahun, pada akhir 2013 lalu.

Akhir kisah hebat Chris John di arena ring tinju telah selesai, setelah kalah pertama dan satu-satunya, di tangan petinju Afsel, Simpiwe Vetyeka, di kota favoritnya, Perth Australia.

Bagi saya yang usianya sepantar, Chris John merupakan petinju terbesar Indonesia yang pernah ada. Bahkan aura juara dunianya belum sirna hingga kini. Laki-laki kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, tersebut, menyandang gelar juara dunia kelas Bulu versi WBA pertama pada 2003, dan berhasil melaju dengan dalam 18 pertandingan sebagai juara bertahan.

Pada masa jayanya, hanya Chris-lah satu-satunya manusia Indonesia yang berstatus juara dunia (mohon dikoreksi kalau salah). Kurun satu dekade mempertahankan gelar, Chris John beberapa kali mengalahkan petinju besar dari negara dengan tradisi kuat olah raga Tinju. Sebut saja paling saya ingat, Juan Manuel Marquez (Meksiko), Derrick Gainer, dan Rocky Juarez dari Amerika Serikat (AS).

Sepanjang karir, Chris John menyelesaikan 52 pertandingan dalam karier profesional, dengan 48 kemenangan (22 dengan KO), tiga kali seri, dan sekali kalah. Ketenaran bertinjunya membawanya berkarir ke dunia hiburan sebagai bintang iklan minuman suplemen.

Mungkin Chris akan memilih mengejar karir politik nantinya, sebagaimana banyak mantan petinju melakukannya seusai pensiun. Dengan popularitas, sah-saja. Namun Chris juga mesti belajar dari sisi gelap kehidupan mantan atlet. 

Sudah jamak terjadi kehidupan banyak petinju setelah gantung sarung tangan, jatuh pada titik nadir paling rendah: menyombongkan masa lalu, terjerat hutang piutang, terlibat drugs, skandal sex, dan sebagainya.

Chris telah memutuskan, dan kita mesti hormati seraya bangga dan mengucap terima kasih sebagai apresiasi tinggi atas prestasinya yang mengharumkan Indonesia.

Kami merindukan kamu, Chris. The Dragon.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja