The Pursuit of Happyness: Cinta Ayah yang Menghangatkan


Satu film paling mengharukan yang pernah saya saksikan. The Pursuit of Happyness yang rilis pada 2006 seperti sebuah dongeng yang ditampilkan sangat realis. 

Ini adalah kisah cinta ayah yang menghangatkan hati. Dia mengalami kesulitan sebelum menemukan kesuksesan gemilang.

Berkisah bagaimana Chris Gardner (Will Smith), dihadapkan beberapa nasib buruk. Saat itu tahun 1981, Presiden Ronald Reagan tampil di layar televisi tabung menjelaskan resesi besar sedang berlangsung. 

Linda istri Gardner yang tidak puas (Thandie Newton) meninggalkannya, kemudian Gardner diusir dari apartemen karena tidak lagi membayar sewa, dan dia dan putranya berusia 5 tahun bernama Christopher (Jaden Christopher Syre Smith, putra Will Smith sendiri), harus bermalam di hostel tunawisma, dan bahkan di toilet umum. 

Gardner adalah ahli matematika, satu-satunya orang di Bay Area yang dapat menguasai kubus rubik, aset utama pada 1981. Gardner mengajukan lamaran menjadi pialang saham. 

Masa-masa sulit selama enam bulan saat menerima tawaran magang tanpa gaji di perusahaan securities merupakan setting-plot yang dibangun dengan sangat baik oleh penulis Steven Conrad dan dieksekusi sutradara Gabriele Muccino. 

Gardner menghadapi begitu banyak hal memilukan, tapi dalam situasi apa pun, ia selalu bilang semua akan baik-baik saja. Pada Linda, pada Christoper, dan pada banyak orang yang ditemuinya.

Gardner memang terpuruk secara finansial dan keluarga, namun ia teguh menghadapi hidup yang mengerikan. Chris memegang iman, kasih, cinta, dan kemandiriannya. 

Gardner sangat optimis, tipe orang yang jika diajukan pertanyaan dan jika tidak tahu akan katakan tidak tahu, tapi tahu bagaimana mencari jawabannya. Ia ingat ujaran Presiden Thomas Jefferson pada deklarasi kemerdekaan USA dan bagian tentang hak akan kehidupan, yakni kemerdekaan mengejar kebahagiaan.

“Jangan biarkan seseorang mengatakan kau tak bisa melakukan sesuatu, bahkan ayah. Kita punya mimpi dan kita harus melindunginya", nasihat Gardner pada Christoper.

Sangat pas dengan kutipan movie soundtrack: 

"Kita tahu ada gunung-gunung, tapi jangan pindahkan gunung itu beri aku kekuatan untuk memanjatnya; Jangan singkirkan batu sandungan itu tapi bimbing aku untuk melewatinya”.

Adaptasi dari kisah nyata ini memuat banyak pesan moral bahwa mungkin kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa kita kejar, dan mungkin kita tak pernah mendapatkannya walau bagaimanapun.

Satu film menghibur, yang diperankan dan digarap dengan sangat baik.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja